QURBAN, KURBAN, atau KORBAN


Korban dan Qurban/Kurban, keduanya adalah kata yang diserap dari bahasa Arab. Kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama dari bahasa aslinya. Hanya saja, ketika bahasa Indonesia menyerapnya, justru kemudian memunculkan dua kata yang berbeda secara makna, namun dalam beberapa keadaan, keduanya sulit dibedakan.

Kosakata bahasa Indonesia menggunakan qurban dan kurban, dalam praktiknya, namun kata serapan yang resmi sesuai KBBI adalah kurban.

Berikut perbedaan keduanya menurut KBBI. Sengaja dikutip lengkap termasuk derivasinya, untuk memperjelas perbedaannya.

kurban
kurban/kur·ban/ n 1 persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji): ia menyembelih kerbau untuk --; 2 pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa: setahun sekali diadakan upacara mempersembahkan -- kepada Batara Brahma;
-- misa Kat upacara mempersembahkan roti suci dan minuman anggur;
berkurban/ber·kur·ban/ v mempersembahkan kurban;
mengurbankan/me·ngur·ban·kan/ v 1 mempersembahkan sesuatu sebagai kurban: ada yang ~ lembu, ada pula yang ~ buah-buahan; 2 membuat (menyebabkan) orang lain menjadi kurban
Untuk memperjelas pemahaman, dalam bahasa Inggris dijelaskan, kurban is a term for ritual animal sacrifice.

korban
korban/kor·ban/ n 1 pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; kurban: jangankan harta, jiwa sekalipun kami berikan sebagai --; 2 orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya: sepuluh orang -- tabrakan itu dirawat di rumah sakit Bogor;
berkorban/ber·kor·ban/ v 1 menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; menjadi korban; menderita (rugi dan sebagainya); 2 memberikan sesuatu sebagai korban: kami rela ~ demi kejayaan nusa dan bangsa;
mengorbankan/me·ngor·ban·kan/ v 1 memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya: dia bersedia ~ hartanya untuk perjuangan kemerdekaan bangsanya; 2 menjadikan sesuatu sebagai korban;
pengorbanan/pe·ngor·ban·an/ n proses, cara, perbuatan mengorbankan

Asal Kata Serapan

قَرُبَ - يَقْرُبُ - قُرْبًا

Kedua kata tersebut berasal dari kata قُرْبًا yang artinya dekat. Kata ini adalah akar kata tsulatsi (tiga huruf/ triliteral) yang berkedudukan sebagai mashdar dalam bahasa Arab.

Qurbanī (Bahasa Arab: قربانى), Qurban, atau uḍḥiyyah (أضحية) sebagaimana dimaksud dalam hukum Islam, adalah ritual pengorbanan hewan ternak selama Idul Adha. Kata ini secara etimologis sama-sama berasal dari triliteral akar kata bahasa Arab yang berarti "a way or means of approaching someone" or "nearness". Sementara itu, kata bermakna "dekat" disebutkan 11 kali di dalam Al-Quran.

Kata "qurban" muncul tiga kali dalam Al-Quran: sekali mengacu pada pengorbanan hewan dan dua kali merujuk pada pengorbanan dalam arti umum dari tindakan apa pun yang dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan. Sebaliknya, dzabīḥah merujuk pada penyembelihan Islam yang normal di luar hari udhiyyah.

Korban berasal dari bahasa Arab yang juga menurunkan kata kurban. Korban berarti "orang atau binatang yang menderita atau mati akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya", sedangkan kurban berarti "persembahan kepada Tuhan atau pemberian untuk menyatakan kesetiaan atau kebaktian". Tindakan kejahatan menimbulkan korban (disebut sebagai "korban kejahatan")

Penggunaan Korban dan Kurban Sehari-hari

Meskipun berasal dari bahasa Arab, namun dua kata ini pantang untuk saling dipertukarkan, karena maknanya berbeda. Dalam bahasa Inggris ‘korban’ disebut dengan ‘victim’ dan ‘kurban’ disebut dengan ‘sacrifice’. Deferensiasi makna ini memang unik, karena sesungguhnya baik ‘korban’ maupun ‘kurban’ diserap dari kata bahasa Arab yang satu.

Berita di media massa akan menulis ‘Akibat bencana banjir itu, tercatat sebanyak 30 orang korban meninggal’ dan tidak ditulis dengan ‘Akibat bencana banjir itu, tercatat sebanyak 30 orang kurban meninggal’. Demikian pula kalimat ‘Hewan kurban berupa unta tidak lazim di Indonesia’ tak pernah ditulis dengan ‘Hewan korban berupa unta tidak lazim di Indonesia’.

Sejarah Qurban dan Kurban dalam Al-Quran

Kisah Habil dan Qabil

Salah satu kemunculan akar kata tsulatsi (triliteral) korban/kurban di dalam ayat Al-Quran secara tekstual tercermin dalam cerita dua orang putra Nabi Adam as.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖقَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّـهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". [Al-Maidah: 27]

Islam melacak sejarah pengorbanan kembali ke Habil dan Qabil (English: Habel & Kain), yang kisahnya disebutkan dalam Al-Quran. Habil adalah manusia pertama yang mengorbankan binatang untuk Tuhan. Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa Habil telah mempersembahkan seekor domba sementara saudaranya Qabil menawarkan sebagian dari hasil panen di negerinya. Prosedur Allah menyatakan bahwa yang akan ditahbiskan adalah ketika api turun dari langit dan memakan korban yang diterima. Karenanya, api turun dan menyelimuti hewan yang dipersembahkan oleh Habil. Dengan demikian, pengorbanan Habil diterima, sementara korban Qabil ditolak. Hal ini menyebabkan kecemburuan Qabil yang mengakibatkan kematian manusia pertama ketika dia membunuh saudaranya, Habil.

Dalam ayat di atas, korban juga dimaknai sebagai persembahan, yang dimaksud di sini adalah pengorbanan.

Kejadian Habil dan Qabil ini secara lebih lengkap diceritakan di dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27-32.

Kisah Ibrahim dan Ismail

Sementara itu, di dalam ayat yang lain, diceritakan juga tentang asal mula praktik berkurban antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail secara kontekstual, meskipun tidak tertera secara tekstual.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّـهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". [Ash-Shoffaat: 102]

Praktik asal mula kurban yang lain dapat ditelusuri pada Nabi Ibrahim, yang bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk mengorbankan putranya, Ismail. Ibrahim setuju untuk mengikuti perintah Tuhan dan bersedia melakukan pengorbanan. Namun, Tuhan turun tangan dan memberitahukan kepadanya bahwa pengorbanannya telah diterima.

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [Ash-Shoffaat: 107]

Al-Quran tidak menyebutkan seekor binatang (domba jantan), tetapi menyebutkan 'pengorbanan besar' untuk menggantikan sembelihan berupa anak laki-laki Ibrahim. Bagaimanapun, pengorbanan seekor domba jantan tidak bisa lebih besar daripada anak laki-laki Ibrahim (yang juga seorang nabi). Sejak hari itu dan seterusnya, setiap Idul Adha setahun sekali, umat Muslim di seluruh dunia menyembelih seekor binatang untuk memperingati pengorbanan Ibrahim dan Ismail.

Dalam ayat di atas, kurban juga dimaknai sebagai hewan sembelihan, yang dimaksud di sini adalah pengorbanan.

Kejadian Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini secara lebih lengkap diceritakan di dalam Al-Quran surat Ash-Shoffaat: 99-111.

Epilog

Tidak bisa diingkari, bahwa meskipun dalam beberapa kasus, kedua kata, baik kurban maupun korban, memiliki makna yang berbeda, namun karena asal usul katanya sama, maka kadang-kadang sulit membedakan keduanya. Misalkan, pada kisah Habil dan Qabil, 'persembahan' yang dimaksud lebih pas dimaknai sebagai pengorbanan dibanding pengurbanan, meskipun persembahan Habil bukanlah 'korban' dalam konteks ini. Sedangkan, 'sembelihan' pada kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah sebuah kata yang merujuk pada penyembelihan pada umumnya, termasuk yang di luar hari udhiyyah (Idul Adha), namun justru dari kisah inilah ritual kurban disandarkan.

Akan tetapi, ada satu hal yang menarik, bahwa kedua kisah di atas sama-sama mengandung mengandung makna 'dekat' atau 'cara mendekat' baik untuk pengurbanan maupun pengorbanan.

WaLlaahu a`lam





Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Alif-Lam dan Tanwin Tidak Pernah Bertemu?

Seluruh Huruf Hijaiyyah Ada di Dalam Ayat Ini

Kafir (Arab) dan Cover (Inggris)