Sepuluh Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah

Image result for dzulhijjah




وَالْفَجْرِ ﴿١﴾  وَلَيَالٍ عَشْرٍ ﴿٢﴾  وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ﴿٣﴾  وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ ﴿٤هَ



1. Demi fajar,
2. dan malam yang sepuluh,
3. dan yang genap dan yang ganjil,
4. dan malam bila berlalu.


[Al-Fajr 1-4 dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir]

Adapun kata al-fajr telah diketahui maknanya, yaitu waktu Shubuh. Demikian yang dikemukakan oleh `Ali, Ibnu `Abbas, dari Masruq, dan Muhammad bin Ka`ab. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah waktu fajar pada hari raya qurban, khususnya, yang merupakan penutup malam yang sepuluh. 

Dan yang dimaksud dengan „malam yang sepuluh“ adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, Ibnuz Zubair, Mujahid, dan lain-lain dari kalangan Salaf dan Khalaf. Dan dari kitab Shahih al-Bukhari telah disebutkan riwayat Ibnu `Abbas secara marfu`:
„Tidak ada hari-hari beramal shalih yang lebih disukai Allah daripada hari-hari ini.“
Yakni, sepuluh hari di bulan Dzulhijjah. Para Sahabat bertanya: „Tidak juga jihad di jalan Allah?“ Beliau menjawab: „Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian dia tidak kembali lagi darinya.“

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Jabir, dari Nabi saw, beliau bersabda:
„Sesungguhnya sepuluh hari itu adalah sepuluh hari `Idul Adhha. Yang ganjil adalah hari `Arafah dan yang genap adalah hari Nahar.“

Diriwayatkan oleh an-Nasai. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari hadits Zaid bin al-Hibab. Dan sanad rijalnya adalah laa ba’sa bihim (tidak mengapa). Dan menurut saya, matan (kandungan hadits) dalam perafa`annya ditolak. Wallahu a`lam.

Dan firman Allah ta`ala, surat Al-Fajr ayat 3, “Dan yang genap dan yang ganjil.” Mengenai hal ini telah dikemukakan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa yang ganjil itu adalah hari `Arafah yang jatuh pada hari kesembilan, sedangkan yang genap adalah hari Nahar yang jatuh pada hari kesepuluh.
Dan dalam kitab ash-Shahihain disebutkan sebuah hadits dari riwayat Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw:
“Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya, maka dia akan masuk Surga. Dan Dia itu ganjil dan menyukai yang ganjil.”

Al-Hasan al-Bashri dan Zaid bin Aslam mengatakan: “Makhluk ini secara keseluruhan adalah genap dan ganjil, di mana Allah telah bersumpah dengan ciptaan-Nya.”
Dan mengenai firman-Nya, surat Al-Fajr ayat 3, “Dan yang genap dan yang ganjil,” al-`Aufi meriwayatkan dari Ibnu `Abbas, dia mengatakan: “Allah itu ganjil dan esa sedangkan kalian itu genap."

Dan firman Allah ta`ala, surat Al-Fajr ayat 4, “Dan malam bila berlalu,“ al-`Aufi meriwayatkan dari Ibnu `Abbas, dia mengatakan: „Yakni, jika telah pergi.“ Dan mungkin juga yang dimaksudkan adalah jika berjalan, yakni berangkat. Dan ada yang mengatakan bahwa ini adalah lebih tepat, karena ia dalam posisi berseberangan dengan firman-Nya, surat Al-Fajr ayat 1, “Demi fajar,“ karena waktu fajar adalah beranjaknya waktu siang dan berakhirnya waktu malam.
Jika firman Allah ta`ala, surat Al-Fajr ayat 4, “Dan malam bila berlalu,” diartikan beranjaknya waktu malam, maka hal itu terbagi menjadi: beranjaknya waktu malam dan berakhirnya waktu siang, dan juga sebaliknya.



Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Alif-Lam dan Tanwin Tidak Pernah Bertemu?

Seluruh Huruf Hijaiyyah Ada di Dalam Ayat Ini

Kafir (Arab) dan Cover (Inggris)