Motif Amal Dibedakan dari Niatnya
Apa pentingnya sebuah niat?
Hadits pertama dalam kumpulan hadits Arbain dari Imam Nawawi membahas tentang ini. Pasti Sang Imam memiliki alasan yang sangat kuat mengapa meletakkan hadits ini di bagian paling awal dari kumpulan haditsnya.
Niat adalah maksud atau tujuan suatu perbuatan. Niat juga merupakan kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan sesuatu. Bisa juga niat difahami sebagai janji untuk melakukan sesuatu jika cita-cita atau harapan terkabul. Kita sering menyebutnya sebagai kaul atau nazar.
Jadi, di dalam sebuah niat terkandung doa, harapan, maksud, tujuan, kehendak, keinginan, bahkan cita-cita. Bahkan seringkali, niat yang kuat mengandung janji, kaul, dan nazar yang ingin diwujudkan.
Hadits yang Membahas tentang Niat:
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،
Actions are (judged) by motives (niyyah), so each man will have what he intended.
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” [HR Bukhari & Muslim]
Kata 'niat' diserap ke dalam bahasa Indonesia
النِّيَّاتُ - diserap ke dalam kosakata bahasa Indonesia: niat. Di dalam ranah ibadah, niat memegang peranan yang sangat penting. Pahala yang akan dicapai tergantung dengan niat yang melandasinya. Semakin baik niat seseorang maka semakin dekat dengan keikhlasan.
Beberapa contoh kalimat
Kosakata Agama
"Dia niat puasa sebulan penuh selama bulan Romadhon karena tahun ini ia sudah merasa mampu untuk melakukannya."
Kosakata Umum
"Keuletan belajarnya selama ini membuktikan niatnya yang kuat dalam rangka meraih universitas yang diidam-idamkannya."
Dalam bahasa sehari-hari orang Indonesia juga mengenal istilah 'nawaitu'. Orang sering menggunakannya seperti ini:
"Apa yang akan kita peroleh tergantung nawaitu-nya."
"Nawaitu kita yang menentukan keberhasilan perjuangan kita."
"Dengan dilandasi nawaitu yang benar, semoga kita bisa mengatasi rintangan dan halangan yang kita temui di jalan."
Istilah 'nawaitu' sesungguhnya mengandung arti: aku berniat. Mungkin tidak terlalu tepat penggunaan istilah di atas, tapi orang masih bisa mengerti. :)
Urgensi Niat
Urusan niat niat tak bisa dipandang sebelah mata. Seseorang akan menyadari urgensi niat apabila ia mengerti betapa besar fungsi niat.
Adapun dua fungsinya adalah sebagai berikut:
Membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, dan membedakan suatu ibadah dengan kebiasaan.
Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah, apakah ikhlas semata-mata untuk Allah atau untuk selain Allah.
Beberapa contoh berikut bisa menjadi pejelasan tentang fungsi niat:
Membedakan sholat Qobliyah Shubuh dengan Sholat Shubuh
Shalat yang dua raka’at itu banyak. Ada shalat yang wajib dan tak sedikit shalat sunah yang dua raka’at. Kita ambil contoh shalat qabliyah subuh dengan shalat subuh. Keduanya berjumlah dua raka’at. Tata caranya pun sama, jumlah ruku’ dan sujudnya juga sama.Sama-sama diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Lalu apa yang membedakan antara dua raka’at qabliyah subuh dengan dua raka’at shalat subuh? Itu lah niat yang membedakan antara keduanya.
Membedakan Mandi Junub dengan Mandi Biasa
Atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Misal, antara mandi junub dengan mandi biasa. Dari segi tatacara sama; sama-sama mengguyurkan air keseluruh badan. Sama-sama pakai sabun, dan sama-sama keramas juga. Lalu apa yang membedakan? Niat yang membedakannya. Jadi amalan yang pada asalnya hanya kebiasaan bisa bernilai ibadah bila diniati ibadah.
Seperti perkataan seorang alim; Abdullah bin Mubarak rahimahullah,
رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية
“Boleh jadi amalan yang sepele, menjadi besar pahalanya disebabkan karena niat. Dan boleh jadi amalan yang besar, menjadi kecil pahalanya karena niat. ”
Pesan Moral - Kesimpulan
Niat harus dihadirkan dalam kesadaran hati. Tidak ada niat dalam ketidaksadaran. Diucapkan atau tidak hanyanya sebagai penguat saja. Karena, meskipun niat kadang terucap, kesadaran tidak selalu membersamai.
Niat itu ada pada seluruh amalan.
Niat itu tempatnya di hati.
Niat itu asas diterimanya amalan-amalan.
Orang dibalas atas amalan-amalan mereka menurut niat masing-masing.
Shalat yang dua raka’at itu banyak. Ada shalat yang wajib dan tak sedikit shalat sunah yang dua raka’at. Kita ambil contoh shalat qabliyah subuh dengan shalat subuh. Keduanya berjumlah dua raka’at. Tata caranya pun sama, jumlah ruku’ dan sujudnya juga sama.Sama-sama diawali takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Lalu apa yang membedakan antara dua raka’at qabliyah subuh dengan dua raka’at shalat subuh? Itu lah niat yang membedakan antara keduanya.
Membedakan Mandi Junub dengan Mandi Biasa
Atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Misal, antara mandi junub dengan mandi biasa. Dari segi tatacara sama; sama-sama mengguyurkan air keseluruh badan. Sama-sama pakai sabun, dan sama-sama keramas juga. Lalu apa yang membedakan? Niat yang membedakannya. Jadi amalan yang pada asalnya hanya kebiasaan bisa bernilai ibadah bila diniati ibadah.
Seperti perkataan seorang alim; Abdullah bin Mubarak rahimahullah,
رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية
“Boleh jadi amalan yang sepele, menjadi besar pahalanya disebabkan karena niat. Dan boleh jadi amalan yang besar, menjadi kecil pahalanya karena niat. ”
Pesan Moral - Kesimpulan
Niat harus dihadirkan dalam kesadaran hati. Tidak ada niat dalam ketidaksadaran. Diucapkan atau tidak hanyanya sebagai penguat saja. Karena, meskipun niat kadang terucap, kesadaran tidak selalu membersamai.
Niat itu ada pada seluruh amalan.
Niat itu tempatnya di hati.
Niat itu asas diterimanya amalan-amalan.
Orang dibalas atas amalan-amalan mereka menurut niat masing-masing.
Comments
Post a Comment